SEMANTIK: JENIS-JENIS MAKNA
Add caption |
Ullman (1972) berpendapat,´Apabila seseorang memikirkan maksud suatu perkataan, sekaligus memikirkan rujukannya atau sebaliknya. Hubungan antara dua hal antara maksud dengan perkataan itulah lahir makna, oleh karena itu walaupun rujukan tetap, akan tetapi makna dan perkataan dapat berbeda. [1] Dari begitu kompleknya pembahasan makna dalam semantik, pemakalah hanya akan membahas salah satu bagian penting dari pembahasan makna yaitu jenis-jenis makna.
JENIS-JENIS MAKNA
Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itupun menjadi bermacam-macam dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Berbagai nama jenis makna telah dikemukakan oleh orang dalam berbagai buku linguistik atau semantik. Banyak orang mengira bahwa makna cukup dengan menjelaskan sebuah kalimat atau kata. Para ilmuan telah membedakan antara jenis-jenis makna dengan menjelaskannya terlebih dahulu dari pada batasan-batasan makna suatu kalimat.
A. Jenis-jenis Makna Menurut Muhammad Mukhtar Umar
Dr. Muhammad Muhktar ‘Umar telah mengklasifikasikan jenis-jenis makna kedalam lima jenis di antaranya sebagai berikut: [2]
1. MaknaDasar/Asasi (المعنى الأساسى). Makna ini sering disebut juga sebagai makna awal (المعنىالأولى), atau makna utama (المعنىالمركزى), makna gambaran (المعنىالتصورى), atau makna pemahaman/conceptual meaning (المعنىالمفهومى), dan makna kognitif (المعنىالإدراكي). Makna ini merupakan makna pokok dari suatu bahasa. Contohnya kata “wanita” memiliki makna konseptual “manusia, bukan laki-laki, baligh (dewasa)”.
2. MaknaTambahan (المعنىالإضافي أو العرضي أو الثانوي أو التضمني), yaitu makna yang ada di luar makna dasarnya. Makna ini dapat dikatakan sebagai makna tambahan dari makna dasar namun makna ini tidak tetap dan perubahannya menyesuaikan dengan waktu dan kebudayaan pengguna bahasa. Contohnya kata “wanita” yang memiliki makna dasar “manusia bukan lelaki yang dewasa”.Jika kata ini ditambahi dengan makna tambahan, maka banyak sekali makna yang akan timbul dari kata tersebut. Misalnya jika kata “wanita” dimaknai oleh sebuah kelompok dengan “makhluk yang pandai memasak dan suka berdandan”, maka inilah makna tambahan yang keluardari kata “wanita” tersebut. Atau jika “wanita” dimaknai dengan “makhluk yang lembut perasaannya, labil jiwanya, dan emosional”.Kedua makna tambahan ini tidak berlaku tetap sebagai makna tambahan dari kata “wanita”. Apabila suatu kelompok pada zaman tertentu menggunakannya maka makna tambahan itu masih berlaku.Namun jika makna itu sudah tidak dipakai lagi, maka makna tambahan itu tidak berlaku.
3. Makna Gaya Bahasa/Style (المعنىالإسلوبي), yaitu makna yang lahir karena penggunaan bahasa tersebut. Penggunaan bahasa dapat dilihat dalam bahasa sastra, bahasa resmi, bahasa pergaulan, dan lain sebagainya. Perbedaan penggunaan bahasa menimbulkan gaya yang berbeda dengan makna yang berbeda pula. Dalam bahasa sastra sendiri memiliki perbedaan gaya bahasa seperti gaya bahasa puisi, natsr, khutbah, kitabah, dan lain sebagainya. Kata daddy digunakan untuk panggilan mesra kepada sang ayah, sedangkan father digunakan sebagai panggilan hormat dan sopan kepada sang ayah. Kedua kata ini ternyata berpengaruh terhadap penggunaan bahasa yang bermakna ‘ayah’ dalam bahasa Arab. Kata الولد– والدي digunakan sebagai bahasa sopan dan hormat.
4. Makna Nafsi (المعنىالنفسي) atau makna objektif, yaitu makna yang lahir dari suatu lafadz atau kata sebagai makna tunggal.
5. Makna Ihaa’i (المعنىالإيحائي), yaitu jenis makna yang berkaitan dengan unsur lafadz atau kata tertentu dipandang dari penggunaannya. Dalam makna ini memiliki tiga pengaruh di antaranya sebagai berikut:
Pengaruh suara (fonetis), contohnya seperti suara-suara hewan yang menunjuk langsung pada hewan itu.
Pengaruh perubahan kata (sharfiyah) berupa akronim atau singkatan. Contohnya بسمله singkatan dari بسماللهالرحمنالرحيم.Pengaruh makna kiasan yang digunakan dalam ungkapan atau peribahasa.
B. B. Jenis-jenis Makna Menurut Geoffrey Leech
Menurut Geoffrey Leech (1976), jenis-jenis makna itu mencakup:
1. Makna Konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan. Dalam makna konotatif terdapat makna konotatif positif dan negatif. Contoh: kata wanita dan perempuan, wanita termasuk ke dalam konotatif posif sedangkan kata perempuan mengandung makna konotatif negatif.
2. Makna Afektif adalah makna yang berkenaan dengan perasaan pembicara terhadap lawan bicara atau terhadap objek yang dibicarakan. Makna afektif akan lebih nyata ketika digunakan dalam bahasa lisan. Contoh: ”tutup mulut kalian !” bentaknya kepada kami. Kata tersebut akan terdengar kasar bagi pendengarnya.
3. Makna Kolokatif adalah makna yang berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu yang dimliki sebuah kata dari sejumlah kata-kata yang bersinonim, sehingga kata tersebut hanya cocok untuk digunakan berpasangan dengan kata tertentu lainnya. Jadi makna kolokatif harus sepadan dan pada tempatnya. Contoh: kata tampan identik dengan laki-laki, kata gadis identik dengan cantik.
4. Makna Konseptual yaitu makna yang menekankan pada makna logis. Kadang-kadang makna ini disebut makna ‘denotatif’ atau ‘koginitif’. Makna konseptual memiliki susunan yang amat kompleks dan rumit, namun dapat dibandingkan dan dihubungkan dengan susunan yang serupa pada tingkatan fonologis maupun sintaksis.
5. Makna Tematik yaitu makna yang dikomunikasikan menurut cara penutur atau penulis menata pesannya, dalam arti urutan, fokus dan penekanan. Nilai komunikatif itu juga dipengaruhi oleh penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif. Contohnya sebagai berikut:
Apakah yang diajarkan oleh dosen itu? Dan
Oleh siapakah semantik diajarkan?
Kalimat yang pertama ingin lebih mengetahui objeknya, sedangkan kalimat kedua lebih menekankan siapakah subjeknya.
Menurut Geoffrey Leech (1976), jenis-jenis makna itu mencakup:
1. Makna Konotatif adalah makna yang bukan sebenarnya yang umumnya bersifat sindiran dan merupakan makna denotasi yang mengalami penambahan. Dalam makna konotatif terdapat makna konotatif positif dan negatif. Contoh: kata wanita dan perempuan, wanita termasuk ke dalam konotatif posif sedangkan kata perempuan mengandung makna konotatif negatif.
2. Makna Afektif adalah makna yang berkenaan dengan perasaan pembicara terhadap lawan bicara atau terhadap objek yang dibicarakan. Makna afektif akan lebih nyata ketika digunakan dalam bahasa lisan. Contoh: ”tutup mulut kalian !” bentaknya kepada kami. Kata tersebut akan terdengar kasar bagi pendengarnya.
3. Makna Kolokatif adalah makna yang berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu yang dimliki sebuah kata dari sejumlah kata-kata yang bersinonim, sehingga kata tersebut hanya cocok untuk digunakan berpasangan dengan kata tertentu lainnya. Jadi makna kolokatif harus sepadan dan pada tempatnya. Contoh: kata tampan identik dengan laki-laki, kata gadis identik dengan cantik.
4. Makna Konseptual yaitu makna yang menekankan pada makna logis. Kadang-kadang makna ini disebut makna ‘denotatif’ atau ‘koginitif’. Makna konseptual memiliki susunan yang amat kompleks dan rumit, namun dapat dibandingkan dan dihubungkan dengan susunan yang serupa pada tingkatan fonologis maupun sintaksis.
5. Makna Tematik yaitu makna yang dikomunikasikan menurut cara penutur atau penulis menata pesannya, dalam arti urutan, fokus dan penekanan. Nilai komunikatif itu juga dipengaruhi oleh penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif. Contohnya sebagai berikut:
Apakah yang diajarkan oleh dosen itu? Dan
Oleh siapakah semantik diajarkan?
Kalimat yang pertama ingin lebih mengetahui objeknya, sedangkan kalimat kedua lebih menekankan siapakah subjeknya.
KESIMPULAN
Makna bahasa itu bermacam-macam dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena bahasa digunakan dalam berbagai kegiatan dan keperluan manusia dalam melakukan interaksi sosial. Sehingga melahirkan berbagai konsep tentang jenis-jenis makna yang mencakup makna dasar, tambahan, gaya bahasa, nafsi, ihaa’i, konotatif, stilistika, afektif, refleksi, koloaktif, konseptual, tematik, leksikal, gramatikal, kontekstual, referensial, non-referensial, denotatif, konotatif, asosiatif, makana kata, makna istilah, idiom, dan peribahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Fauziah, Perubahan Makna Leksikal Kata Kerja Bahasa Indonesia Dari Bahasa Arab. USU, Medan, 2006.
http://iwardany.wordpress.com/2012/01/13/jenis-jenis-makna-menurut-geoffrey-leech/
Umar, Muhammad Mukhtar, Ilmu Al-Dilalah.
http://amarfasyni.blogspot.com/2012/12/semantik-jenis-jenis-makna.html
Makna bahasa itu bermacam-macam dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Hal ini disebabkan karena bahasa digunakan dalam berbagai kegiatan dan keperluan manusia dalam melakukan interaksi sosial. Sehingga melahirkan berbagai konsep tentang jenis-jenis makna yang mencakup makna dasar, tambahan, gaya bahasa, nafsi, ihaa’i, konotatif, stilistika, afektif, refleksi, koloaktif, konseptual, tematik, leksikal, gramatikal, kontekstual, referensial, non-referensial, denotatif, konotatif, asosiatif, makana kata, makna istilah, idiom, dan peribahasa.
DAFTAR PUSTAKA
Fauziah, Perubahan Makna Leksikal Kata Kerja Bahasa Indonesia Dari Bahasa Arab. USU, Medan, 2006.
http://iwardany.wordpress.com/2012/01/13/jenis-jenis-makna-menurut-geoffrey-leech/
Umar, Muhammad Mukhtar, Ilmu Al-Dilalah.
http://amarfasyni.blogspot.com/2012/12/semantik-jenis-jenis-makna.html
Tidak ada komentar: