MENARA BUDAYA AKULTURASI AGAMA

     Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di Indonesia. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena di mass media mungkin Anda sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia. Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan Islam masuk ke Indonesia dan siapa pembawanya terdapat beberapa teori yang mendukungnya. Dan beberapa pendekatan dalam studi islam dalam hal filosofis dan historis, pendekatan antropologis, pendekatan sosiologis, pendekatan psikologis, pendekatan fenomenologis.
       Bahwa bisa kita ketahui di Kudus terdapat salah satu makam waliyullah yaitu Sunan Kudus. Di area makam tersebut terdapat menara yang berdiri kokoh dan menjulang tinggi dengan mempunyai makna perpaduan budaya yang sangat kental. Kota Kudus sebagai nama satu-satunya kota yang memakai nama Bahasa Arab. Itu menjadi bukti bahwa sungguh teramat kental akulturasi budayanya di Kota Kudus. Karena dengan alasan kembali pada zaman dulu bahwa islam berasal dari Arab dan sebagai sejarah Islam masa lalu. Disisi lain Kudus juga kaya akan tradisi budaya nusantara yang amat kental. Coba kita teliti pada bangunan kokoh yang berdiri setinggi 17 M yang ada dikomplek Pemakaman Sunan Kudus yaitu pada Menaranya. Menara tersebut menunjukkan bahwa terjadinya dua kebudayaan antara budaya Islam dan Hindhu, Budha. Selain itu terdapat penggabungan corak arsitektur candi jogo di Singhasari dan Menara Kulkkul di Bali. Hal itu membuktikan bahwa Sunan Kudus mengajarkan indahnya bertoleransi antar umat beragama, padahal dulu diarea tersebut adalah komplek Umat Hindhu, Budha atau Tionghoa.
       Dalam hal ini corak Islam di Nusantara itu tidak menghapus tradisi Nusantara dahulu. Namun, meneruskan tradisi zaman dahulu yang identik dengan Hindhu, Budha dan kepercayaan Nenek Moyang pada zaman dahulu dengan menmbahkan hal-hal bernuansa Islam. Contoh (semisal) : biasanya Menara atau Candi di Hindhu, Budha menghadap ke arah Gunung (ke arah Utara atau Selatan) tetapi dalam corak Islam diubah ke arah (menghadap) Qiblat dengan fungsi sebagai pengumuman-pengumuman penting hari-hari Islam. Sampai saat inipun masih dijadikan sebagai tempat memukul untuk penanda waktu shalat telah tiba.
       Menara sendiri dibuat dari susunan batu bata yang hanya ditumpuk-tumpuk tanpa menggunakan semen. Selain, itu terdapat lukisan-lukisan corak Islam berupa piring-piring yang bermotifkan majid, orang menuntun onta, dan perahu dengan makna bahwa Islam dahulu itu masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam.  Dan diMenara tersebut juga terdapat dua prasasti aksara Arab dan aksara Jawa. Walaupun Menara yang berdiri kokoh di area Pemakaman Komplek Sunan Kudus tersebut sudah berdiri dari zaman Waliyullah, tapi sampai saat ini Menara tidak hilang dari pesona akan banyaknya sejarah. Menara tetap sebagai monumen bukti sebagai kejayaan dan keindahan Agama Islam dalam menyebarkannya dan sebagai bukti bahwa Islam adalah Agama Rahmatan Lil’alamin. Dan sebagai identitas yang tidak lepas dari Kota Kudus walaupun sekarang terdapat Gerbang Kota Kudus yang dielu-elukan monumen termegah se-Asia Tenggara dengan nilai pembangunan mencapai 1,4 Milyar. Akan tetapi Menara tetap menjadi dara tarik terbesar dari para kalangan wisatawan maupun turis Asing. Karena bukan hanya sebagai budaya atau monumen orang Islam tapi sebagai Corak Akulturasi tradisi dan budaya Nusantara. Dari hal itu Kudus membuktikan bahwa Kota Kudus menjadi laboratorium dan perpustakaan Kota multikultural.    

Tidak ada komentar:

Translate

Diberdayakan oleh Blogger.